Pages

Selasa, 21 Mei 2013

TEKNIK RADIOGRAFI THORAX

1. FOTO THORAX POSISI PA
  • Pasien diposisikan erect menghadap bucky stand (kaset vertikal), MSL // garis tengah kaset.
  • Kedua punggung tangannya diletakkan di atas panggul dan siku ditekan ke depan. 
  • FFD 150 cm, CR horizontal, CP pada MSL setinggi CV thoracal VI 
  • Eksposi pada saat pasien tahan nafas setelah inspirasi penuh, berikan aba- aba : tarik napas … …tahan ! ………... Nafas biasa...! 

KRITERIA GAMBAR :

  • Foto mencakup keseluruhan thorax, bagian atas: apeks paru-paru tidak terpotong
  • Bagian bawah: kedua sinus costophrenicus tidak terpotong 
  • Diafragma mencapai iga ke- 9 belakang 
  • Kedua Os scapula terlempar ke arah lateral 
  • C.V. Thoracalis tampak s/d ruas keempat 
  • Tampak bayangan bronchus 
  • Foto simetris 
  • Tampak marker R/ L



2. FOTO THORAX POSISI AP


  • Pasien diposisikan setengah duduk atau supine di atas meja pemeriksaan/brandcar.
  • Kedua lengan lurus disamping tubuh.
  • Kaset di belakang tubuh, MSL // grs tengah kaset
  • FFD: 150 cm
  • CR tegak lurus kaset, CP pada MSL setinggi CV TH VI
  • Beri marker L / R
  • Eksposi pada saat pasien tahan nafas setelah inspirasi penuh

KRITERIA FOTO THORAX POSISI AP :
  • Tampak gambaran thorax proyeksi AP
  • Batas atas apex paru
  • Batas bawah sinus costophrenicus
  • Dinding lateral tidak terpotong
  • CV TH sampai ruas ke empat
  • Diafragma mencapai iga IX belakang
  • Tampak bayangan bronchus
  • Marker L / R & identitas pasien
  • Foto simetris

3. FOTO THORAX POSISI LATERAL
  • Pasien diposisikan erect, MSP // kaset
  • Kedua lengan dilipat di atas kepala
  • Pasang Marker L / R sesuai dengan sisi yang dekat ke kaset
  • FFD: 150 cm,
  • CR : horizontal
  • CP kira-kira satu inci ke depan dari MCL setinggi CV TH VI
  • Eksposi pada saat pasien tahan nafas setelah inspirasi penuh
KRITERIA GAMBARAN POSISI LATERAL:
  • Tampak gambaran thorax proyeksi lateral
  • Bagian Anterior mencakup gambaran sternum
  • Bagian Posterior mencakup Col.Vert. Thoracalis
  • Batas atas apex paru
  • Batas bawah sinus coctoprhenicus dan paru posterior
  • Gambaran iga-iga kiri dan kanan superposisi
  • Gambaran bahu tidak menutupi apex paru

sumber:

http://catatanradiograf.blogspot.com/2010/01/teknik-radiografi-thorax.html

Teknik Radiografi Os. Pedis 1

  • Proyeksi PA Oblique (Medial Rotation)
    • Posisi Pasien : Pasien lateral recumbent dengan lutut difleksikan.
    • Posisi Obyek : Atur dorsal pedis pada pertengahan kaset horizontal. Rotasikan kearah medial sehingga sisi lateral pedis membentuk sudut 45º terhadap kaset.
    • FFD : 90 – 100 cm
    • CR : Vertikal / tegak lurus kaset
    • CP : Pertengahan kaki pada The base of Metatarsal V
    • Kriteria gambar : Tampak gambaran PA Oblique pedis. Tampak persendian didaerah ossa tarsalia.

  • Proyeksi PA Oblique (Methode Grashey)
    • Posisi pasien : Pasien prone, punggung/dorsal pedis menghadap meja pemeriksaan.
    • Posisi obyek : Bagian dorsal pedis menghadap kaset, kaset horizontal diatas meja pemeriksaan.
      1. Diendorotasikan sehingga sisi medial membentuk sudut 30º terhadap kaset.
      2. Dieksorotasikan sehingga sisi lateral membentuk sudut 20º terhadap kaset.
    • FFD : 90 – 100 cm
    • CR : Vertikal / tegak lurus kaset
    • CP : Pada The base of metatarsal III 
    • Kriteria gambar : 
      1. Tampak gambaran PA oblique pedis. Tampak persendian metatarsal I & II bebas dari superposisi, os cuneiform medialis bebas dari superposisi dan tampak os navicular.
      2. Tampak gambaran PA oblique pedis. Tampak corpus dari metatarsal III s/d V bebas dari superposisi. Tampak tuberositas metatarsal V dan os cuboideum.





 
  • Proyeksi Lateral (medio lateral)
    • Catatan : *proyeksi ini sering dilakukan karena relatif lebih nyaman untuk pasien
    • Posisi Pasien : Pasien supine / duduk diatas meja pemeriksaan. Kaki yang tidak diperiksa ditekuk ke belakang.
    • Posisi obyek : Atur pedis true lateral, sisi lateral pedis menempel pada kaset horizontal. Fleksikan pedis sehingga membentuk sudut 90º terhadap ossa cruris.
    • FFD : 90 – 100 cm
    • CR : Vertikal / tegak lurus kaset 
    • CP : Pada The base of Metatarsal III 
    • Kriteria gambar : Tampak gambaran lateral pedis dan daerah distal os tibia dan fibula.

  • Proyeksi Lateral (latero medial)
    • Posisi Pasien : Pasien supine / duduk diatas meja pemeriksaan. Kemudian untuk kenyamanan pasien, tubuh pasien diposiskan oblique (LPO/RPO).
    • Posisi obyek : Atur os pedis true lateral, sisi medial pedis menempel pada kaset horizontal. Fleksikan os pedis sehingga membentuk sudut 90º terhadap ossa cruris.
    • FFD : 90 – 100 cm 
    • CR : Vertikal / tegak lurus kaset 
    • CP : Pada The base of Metatarsal III 
    • Kriteria gambar : Tampak gambaran lateral (lateromedial) os pedis dan daerah distal os tibia dan fibula.

  • Proyeksi Lateral - (Lateromedial Methode Weight - Bearing)
    • Catatan : * Kaset diletakkan ditempat khusus untuk proyeksi metode weight bearing agar daerah longitudinal arch terproyeksi dalam film.
    • Posisi pasien : pasien diposisikan standing upright / berdiri tegak (erect pada bidang yang datar)
    • Posisi objek : kaset diletakkan diantara os.cruris dengan sisi depan kaset menghadap os.pedis yang akan difoto.
    • FFD : 90 -100 cm
    • CR : Horizontal, tegak lurus terhadap kaset
    • CP : Pada titik di atas the base of metatarsal III
    • Kriteria gambar : tampak gambaran lateromedial pedis dengan posisi weight-bearing, tampak struktur gambaran longitudinal arch os.pedis.
 
  • Proyeksi AP Axial (Methode Weight-Bearing)
    • Posisi Pasien : Pasien diposisikan standing-upright/berdiri tegak/erect.
    • Posisi Obyek : Letakkan kaset diatas lantai. Pasien berdiri diatas kaset. Letakkan marker sesuai dengan posisi kaki. Letakkan penggaris pengukur (skala) untuk mempermudah memposisikan kaki agar simetris.
    • FFD : 90 – 100 cm 
    • CR : 10º / 15º kearah tumit 
    • CP : pada The level of the base of Metatarsal III 
    • Kriteria gambar : Tampak gambaran AP Axial os pedis kanan dan kiri.

  • Proyeksi AP Axial (Weight Bearing Composite Methode) 
Posterior Angulation 15° kearah tumit.

    • Posisi pasien : Pasien standing-upright/erect.
    • Posisi obyek : Salah satu pedis pasien diletakkan diatas kaset horisontal.
    • CR : 15° kearah tumit. 
    • CP : The Base of Metatarsal III 
    • Kriteria gambar : Tampak gambaran pedis AP Axial. 
Anterior Angulation 25° kearah phalanx.
    • Posisi pasien : Pasien standing-upright /erect. 
    • Posisi obyek : Salah satu pedis pasien diletakkan diatas kaset horisontal.
    • CR : 25° kearah phalanx. 
    • CP : Permukaan posterior ankle.
    • Kriteria gambar: Tampak gambaran pedis AP Axial pada bagian posterior.
sumber:
http://catatanradiograf.blogspot.com/2010/02/teknik-radiografi-os-pedis.html

Teknik Radiografi Os. Pedis

1. Anatomi Os. Pedis
Terdiri atas 26 tulang, yaitu :14 phalanges, 5 os metatarsal dan 7 os Tarsi. Os tarsi terdiri atas os calcaneus,os talus, os navicular,3 os cuneiform, dan os cuboid. Berdasarkan fungsinya dibedakan menjadi 3 yaitu : 
  • forefoot (metatarsal dan toes), 
  • midfoot (cuneiform, navicular, dan cuboid), 
  • hindfoot  (talus/astragalus, dan calcaneus(os calcis).
Tulang kaki dibentuk dan bersatu untuk membentuk kesatuan longitudinal dan arcus transversal. Bagian permukaan anterior (superior) kaki disebut dengan dorsum atau permukaan Dorsal, dan inferior(posterior) aspek dari kaki disebut permukaan plantar. Karena ketebalan yang beragam pada anatomi kaki, maka harus kita perhatikan pemberian faktor eksposi untuk dapat menunjukkan densitas keseluruhan bagian tulang kaki.


2. Definisi
Merupakan ilmu yang mempelajari tata cara pemeriksaan os. pedis (tulang kaki) dengan menggunakan sinar-x untuk menegakkan diagnosa.

3. Klinis
  • Fracture 
  • Kelainan Patologis
  • Dislokasi
4. Persiapan Pemeriksaan
  1. Persiapan Pasien
    • Daerah yang diperiksa bebas dari benda logam
  2. Persiapan Alat/Bahan
    1. Pesawat sinar-x
    2. Kaset dan film 24 x 30 cm
    3. Load pembagi
    4. Marker
  3. Proteksi Radiasi 
    1. Gonad shield
    2. Apron
    3. Batasi lapangan penyinaran
5. Teknik Pemeriksaan
  • Proyeksi AP/AP Axial
    • Posisi pasien : Pasien supine. Kaki difleksikan dan telapak kaki menghadap meja pemeriksaan.
    • Posisi obyek : Telapak kaki menempel pada kaset. Kaset horizontal diatas meja pemeriksaan.
    • FFD : 90 – 100 cm
    • CR :  
      • 1) 10º (ke arah os calcaneus), CP: Metatarsal ke-3  
      • 2) vertikal / tegak lurus kaset, CP: Metatarsal ke-3
    • Kriteria gambar : Tampak gambaran AP dari ossa metatarsal, ossa phalanx, ossa tarsal.

  • Proyeksi AP Oblique (lateral rotation)
    • Posisi pasien :  Pasien supine. Kaki difleksikan, telapak kaki menghadap meja pemeriksaan.
    • Posisi obyek : Kaki diendorotasikan membentuk sudut 30º terhadap kaset pada sisi lateral.
    • FFD : 90 – 100 cm
    • CR : Vertikal / tegak lurus kaset 
    • CP : Metatarsal ke-3 
    • Kriteria gambar : Tampak gambaran AP oblique pada daerah ossa phalanx, ossa metatarsal. Tampak persendian os cuneiform medial dan intermedial. 

  • Proyeksi AP Oblique (median rotation)
    • Posisi pasien : Pasien supine. Kaki difleksikan, telapak kaki menghadap meja pemeriksaan.
    • Posisi obyek : Kaki diendorotasikan membentuk sudut 30º terhadap kaset pada sisi medial.
    • FFD : 90 – 100 cm
    • CR : Vertikal / tegak lurus kaset 
    • CP : Metatarsal ke-3 
    • Kriteria gambar : Tampak gambaran AP oblique pada daerah ossa phalanx, ossa metatarsal. Tampak persendian os cuboideum dan os calcaneus serta daerah persendian os cuneiform lateral. 
sumber:
http://catatanradiograf.blogspot.com/2010/02/teknik-radiografi-os-pedis.html

Teknik Pemeriksaan Ossa Manus Proyeksi Basic posisi OBLIQUE

Teknik Posisi
  • Dari Posisi PA basic, eksorotasikan tangan 45' dengan jari-jari diekstensikan
  • Jari-jari diatur agak berjarak dan letakkan foam 45' dibawah tangan
  • Sandbag diletakkan diatas lengan bawah untuk immobilisasi
Pengaturan Sinar
  • CR : Diarahkan ke Caput Metacarpal V, kemudian disudutkan ke CP
  • CP : Caput Metacarpal III
Kriteria Gambaran
  • Gambaran seharusnya memperlihatkan semua Os Phalanx, termasuk jaringan lunak disekitarnya. Ossa Carpal dan Ossa Metacarpal. Dan ujung distal Os Radius dan Os Ulna
  • Rotasi yang benar ditunjukkan dengan Caput Metacarpal I dan II tampak terpisah, sementara Caput Metacarpal IV dan V sedikit superposisi


sumber:
http://jumriani-blog.blogspot.com/2012/05/teknik-pemeriksaan-ossa-manus.html

Teknik Pemeriksaan Ossa Manus Proyeksi Basic posisi PA

Proyeksi Postero-Anterior

Teknik Posisi
  • Pasien duduk di samping meja pemeriksaan dengan lengan yang diperiksa dekat dengan meja pemeriksaan
  • Lengan bawah dipronasikan dan diletakkan di atas meja, dan permukaan palmar tangan menempel pada kaset
  • Jari-jari diregangkan sedikit dan diekstensikan tetapi tetap rileks agar jari-jari tetap menempel pada kaset
  • Pergelangan tangan diatur sehingga Processus Styloideus Ulnae dan Radii berjarak sama terhadap garis tengah kaset
  • Jika perlu, sandbag diletakkan diatas lengan bawah untuk immobilisasi
Pengaturan Sinar
  • CR : Tegak lurus bidang kaset
  • CP : Caput Metacarpal III 
Kriteria Gambaran
  • Gambaran seharusnya memperlihatkan semua Os Phalanx, termasuk jaringan lunak disekitarnya. Ossa Carpal dan Ossa Metacarpal. Dan ujung distal Os Radius dan Os Ulna
  • Articulatio Inter-Phalangeal, Articulatio Metacarpo-Phalangeal, dan Articulatio Metacarpo-Phalangeal seharusnya terlihat jelas
  • Tidak ada rotasi  
  •  
 
sumber:
http://jumriani-blog.blogspot.com/2012/05/teknik-pemeriksaan-ossa-manus.html

BAHAN PEMBUATAN NUKLIR

Deuterium
Deuterium disebut juga Hidrogen-2, atau hidrogen berat (simbol ditulis D atau 2H) merupakan salah satu daripada tiga bentuk isotop hidrogen yang terdiri daripada protium, deuterium, dan tritium. Deuterium merupakan isotop stabil dengan kelimpahan alami di samudra Bumi kira-kira satu dari 6500 atom hidrogen (~154 PPM). Dengan demikian deuterium merupakan 0.015% (0.030% berat) dari semua hidrogen yang terbentuk secara alami. Inti deuterium, disebut deuteron, mengandung satu proton dan satu netron, sementara inti hidrogen paling umum terdiri dari hanya satu proton dan tanpa netron. Nama isotop berasal dari bahasa Yunani, deuteros yang berarti “dua”, untuk menunjukkan 2 partikel sub-atomik yang menyusun inti.
Lambang kimia, keberadaan, dan sifat
Sebagai sebuah isotop hidrogen, lambang kimia yang disetujui untuk deuterium adalah 2H. Meskipun demikian, lambang tidak resmi, D, sering juga digunakan. Perbedaan signifikan pada berat atom relatif dibandingkan dengan protium murni (1H) mungkin adalah alasan mengapa lambang D, yang mirip lambang sebuah unsur, digunakan. Berat atom dari deuterium adalah 2,014 amu, sementara berat rata-rata hidrogen sebesar 1,007947 amu, dan protium 1,007825 amu. Pada unsur-unsur kimia yang lain, rasio berat isotop sangat tidak signifikan, yang menjelaskan mengapa tidak ada simbol isotop yang unik digunakan di tempat lain.
Secara alami, deuterium ditemukan dalam jumlah kecil sebagai gas deuterium, ditulis 2H2 atau D2, tetapi kebanyakan keberadaanya secara alami di alam semesta terikat dengan atom 1H membentuk gas yang disebut hidrogen deuterida (HD atau 1H2H).[1]
Deuteron memiliki spin +1, sehingga merupakan sebuah boson. Frekuensi resonansi magnetik nuklir (NMR = Nuclear Magnetic Resonance) dari deuterium berbeda secara signifikan dari hidrogen ringan yang biasa. Spektroskopi inframerah juga dengan mudah dapat membedakan banyak senyawa yang bersifat deuterium, karena perbedaan besar dalam frekuensi serapan inframerah dapat terlihat dalam vibrasi sebuah ikatan kimia yang mengandung deuterium, dibandingkan dengan yang mengandung hidrogen ringan. Kedua isotop stabil hidrogen tersebut juga bisa dibedakan dengan memakai spektrometri massa.
Sifat-sifat fisik senyawa-senyawa deuterium dapat berbeda dari senyawa-senyawa hidrogen yang analog dengannya; sebagai contoh, D2O lebih kental daripada H2O.
Secara kimia, kelakuan deuterium sama dengan hidrogen biasa, tetapi ada perbedaan dalam energi ikat dan panjang senyawa isotop-isotop hidrogen berat yang lebih besar daripada perbedaan isotopik di unsur mana pun. Ikatan yang melibatkan deuterium dan tritium sedikit lebih kuat daripada ikatan serupa pada hidrogen ringan, dan perbedaan ini cukup untuk membuat perubahan signifikan di dalam reaksi-reaksi biologis (lihat air berat).
Deuterium dapat menggantikan hidrogen normal dalam molekul air untuk membentuk air berat, yang 10,6% lebih padat daripada air biasa (es yang terbuat darinya akan tenggelam di air biasa). Air berat cukup beracun bagi organisme eukariota, dimana penggantian 25% air di dalam tubuh dengan air berat dapat menyebabkan masalah pembelahan sel dan kemandulan, 50% penggantian menyebabkan kematian yang disebabkan oleh sindrom sitotoksik (kegagalan sumsum tulang dan pelapisan gastrointestinal). Organisme prokariota masih mampu untuk bertahan dalam air berat murni (meskipun dengan pertumbuhan yang lambat). Konsumsi air berat bukan merupakan ancaman bagi manusia kecuali dalam jumlah yang sangat besar (melebihi 10 liter). Dosis kecil air berat (beberapa gram adalah jumlah yang sebanding dengan yang ada di dalam tubuh) secara rutin digunakan sebagai pelacak metabolis yang tak berbahaya bagi manusia dan binatang.
Keberadaan deuterium di Bumi, di Tata Surya (sebagaimana yang telah dikonfirmasi oleh wahana-wahana keplanetan), dan pada spektrum bintang, adalah sebuah fakta penting di dalam kosmologi. Reaksi fusi nuklir dalam bintang yang menghancurkan deuterium, dan tidak ada proses alami penciptaan deuterium yang diketahui selain nukleosintesis Big Bang, yang bisa jadi telah memproduksi deuterium dalam kelimpahan yang teramati saat ini. Kelimpahan ini nampak sebagai fraksi hidrogen yang tidak berubah banyak dimanapun hidrogen ditemukan. Jadi, keberadaan deuterium adalah salah satu argumen yang mendukung teori Big Bang.
Kanada adalah negara terdepan dalam pengayaan deuterium dalam bentuk air berat. Kanada menggunakan air berat sebagai moderator netron untuk operasi reaktor model reaktor CANDU.
Plutonium(IV) oksida




Plutonium(IV) oksida adalah senyawa kimia dengan rumus kimia PuO2. Padatan bertitik lebur tinggi ini merupakan senyawa utama plutonium. Warna senyawa bervariasi dari kuning sampai hijau zaitun tergantung pada metode produksi, temperatur, dan ukuran partikel.[1]
Plutonium(IV) oksida  Nama IUPAC Plutonium(IV) oksida Nama lain Plutonium dioksida
Identifikasi Nomor CAS [12059-95-9] Sifat Rumus molekul PuO2 Massa molar 276,06 g/mol Penampilan Padatan kuning kecoklatan. Densitas 11,5 g/cm3 Titik leleh ~2400 °C Titik didih
~2800 °C
Kelarutan dalam air tak larut Struktur Struktur kristal Fluorit (kubik), cF12 Grup ruang Fm3m, No. 225 Geometri
koordinasi
Tetrahedral (O2–);
kubik (PuIV) Bahaya Bahaya utama Radioaktif Titik nyala Tak terbakar Senyawa terkait Senyawa terkait Uranium(IV) oksida
Neptunium(IV) oksida
Amerisium(IV) oksida Kecuali dinyatakan sebaliknya, data di atas berlaku
pada temperatur dan tekanan standar (25°C, 100 kPa)
Sangkalan dan referensi

Plutonium-239

Plutonium-239 adalah isotop plutonium yang penting dan dihasilkan/ diproduksi melalui reaktor nuklir, yang memiliki waktu paruh 24110 tahun (atau 2,411 x 104 tahun).
Plutonium-239 dan uranium-235 , digunakan sebagai bahan bakar (fisi nuklir), dalam reaktor nuklir dan bom nuklir.

Produksi Plutonium-239

Reaktor neutron lambat

Dalam reaktor nuklir yang menghasilkan/ memproduksi plutonium, batangan-batangan uranium-238 digunakan sebagai sumber neutron lambat ( thermal neutron ), dan batangan-batangan uranium-238 lain-nya sebagai sasaran-nya.
Reaktor ini, butuh Air berat ( Heavy water ), yang mana penting, air berat tidak menyerap neutron, mendukung keberhasilan Uranium-238 dalam menangkap neutron lambat.
Reaktor ini, lebih murah, tidak menggunakan uranium-235, tetapi kurang efisien, uranium-238 lebih mudah untuk menangkap neutron cepat daripada menangkap neutron lambat.

Reaktor neutron cepat

Dalam reaktor nuklir yang menghasilkan/ memproduksi plutonium, batangan-batangan uranium-235 digunakan sebagai sumber neutron cepat, dan batangan-batangan uranium-238 sebagai sasaran-nya.
Air biasa ( H2O ), digunakan sebagai pendingin. Air berat ( Heavy water ) tidak dibutuhkan.
Reaktor ini, lebih mahal, tetapi jauh lebih efisien, uranium-238 lebih mudah untuk menangkap neutron cepat daripada menangkap neutron lambat.
Uranium-238 menangkap neutron, dan berubah menjadi uranium-239, suatu unsur yang tidak stabil, yang akan meluruh menjadi neptunium-239, yang selanjutnya akan meluruh lagi, dengan waktu paruh 2,355 hari, menjadi Plutonium-239.
Dalam reaksi itu, juga dibantu oleh beryllium (Be), yang mana untuk memantulkan dan menghasilkan lebih banyak neutron, dan otomatis mempercepat reaksi nuklir tersebut.

n + 9Be 8Be
+ 2n – 1.67 MeV
(energi yang diserap jauh terlalu kecil, neutron-neutron tetap bergerak pada level energi yang tinggi)
Uranium-238 , umumnya digunakan selama beberapa minggu saja dalam reaktor nuklir, kemudian diangkat/ diambil untuk diproses secara kimia, untuk didapatkan plutonium-239. Hal ini untuk mencegah kandungan plutonium-240 yg terlalu banyak, yang mana juga terbentuk disamping plutonium-239.
Plutonium-240 tidak dapat dibedakan secara kimia, dan sangat mahal serta sulit untuk dipisahkan dari plutonium-239. Plutonium-240 tidak digunakan dalam bom nuklir, karena radiasi-nya yang terlalu kuat, menyebabkan kerusakan dan kesulitan untuk menanganinya, kandungan Plutonium-240 tidak boleh dari 7% dalam bom nuklir.
Plutonium-239 , juga harus dicampur dengan bahan galium ( antara 0,9 hingga 1% per kg plutonium ), ini untuk menstabilkan radiasi dari plutonium, sehingga lebih mudah menanganinya, dan sesuai untuk digunakan dalam bom nuklir dan reaktor nuklir.

Plutonium-244

Plutonium-244 memiliki waktu paruh selama 80 juta tahun. Ini berarti lebih lama daripada berbagai isotop plutonium lainnya, dan lebih lama daripada aktinida manapun kecuali tiga jenis alami yang dapat diperoleh secara berlimpah, yaitu U-235 (700 juta tahun), U-238, dan Torium-232. Waktu peruh tersebut juga lebih lama daripada isotop lainnya kecuali Samarium-146 (103 juta tahun), Potasium-40 (1.25 miliar tahun), dan sejumlah isotop-isotop hampir stabil yang memiliki waktu paruh lebih lama dari usia alam semesta.
Pengukuran yang lebih akurat yang dimulai pada awal tahun 1970-an telah mendeteksi adanya Pu-244 primordial.[1] Mengingat usia Bumi adalah sekitar 50 waktu paruh, maka jumlah Pu-244 yang ada kini seharusnya sangatlah sedikit. Namun karena Pu-244 tidak dengan mudah dapat dihasilkan dalam penangkapan neutron alami yang terjadi pada lingkungan dengan aktivitas neutron rendah pada bijih uranium (lihat di bawah), keberadaannya tersebut tidak dapat dijelaskan secara masuk akal selain melalui penciptaan yang terjadi oleh proses r pada nukleosintesis di supernova. Pu-244 dengan demikian demikian adalah isotop primordial berusia terpendek dan terberat yang telah terdeteksi atau terprediksi secara teoritis.
Tidak seperti Pu-238, Pu-239, Pu-240, Pu-241, dan Pu-242, 244Pu tidak diproduksi dalam kuantitas banyak oleh siklus bahan bakar nuklir, karena penangkapan neutron selanjutnya terhadap 242Pu menghasilkan 243Pu yang memiliki paruh waktu singkat (5 jam) dan cepat mengalami peluruhan beta menjadi Amerisium-243, sebelum memiliki cukup kesempatan untuk menangkap lebih banyak neutron di lingkungan yang seharusnya memiliki fluks neutron yang sangat tinggi. Namun demikian, suatu ledakan senjata nuklir dapat menghasilkan sejumlah Pu-244 melalui penangkapan neutron secara pesat berturutan.

Uranium terdeplesi

Peluru DU dari meriam GAU-8 Avenger
Uranium terdeplesi (‘Depleted uranium’ atau ‘DU’), adalah uranium yang mempunyai kadar isotop U235 yang lebih rendah dari uranium alam, biasanya sebagai akibat dari proses pengayaan uranium .
Uranium yang tersedia di alam mempunyai 3 isotop yaitu U238 , U235 dan U234, yang ditemukan di alam dengan komposisi 99,28 % U238, 0,72% U235 dan 0,0057 % U234 dengan aktivitas jenis 25,4 Bq/mg (1Bq=1 peluruhan atom radioaktif/detik). U235 adalah isotop yang fissil dan dapat meluruh sembari mengeluarkan sejumlah energi, yang digunakan dalam industri nuklir. Industri nuklir dalam bentuk bahan bakar reaktor dan persenjataan membutuhkan uranium dengan kadar isotop U235 yang lebih banyak (antara 2 – 94 % massa), sehingga diperlukan proses ‘pengayaan’ (enrichment) terhadap uranium alam. Dalam proses pengayaan ini, U235 disaring dan dipekatkan secara terus menerus. Uranium sisa saringan ini yang kemudian dikenal sebagai DU, dengan komposisi 99,8 % U238, 0,2 % U235 dan 0,001 % U234.
Prinsip dari penerapan senjata berbasis DU ini dapat dijelaskan sbb:
Bayangkanlah ada sebuah Tabung. Didalamnya ada rongga yang berbentuk Kerucut dengan dasar kerucut tepat beririsan dengan dasar tabung. Dinding kerucut ini terbuat dari lapisan DU, sementara ruang antara kerucut dan tabung diisi dengan bahan peledak konvensional (anggaplah TNT). Di dasar kerucut terdapat sebentuk ‘pipa’ kecil (lebih kecil dari tabung) yang sumbunya tepat berada pada sumbu tabung dan kerucut, mengarah keluar. Pipa ini tertutup, diujungnya terdapat detonator dan sekering sumbu waktu. Karena tertutup, maka rongga tadi dibuat hampa udara. Jika TNT yang mengelilingi rongga kerucut tadi diledakkan, tekanan dan panas yang dihasilkannya akan membuat DU yang menyusun ujung dan bagian tengah dinding kerucut mencair dalam derajat yang berbeda. Di ujung kerucut DU mencair sempurna dan oleh tekanan ledakan ia akan bergerak mengalir keluar (menyusuri pipa) dengan kecepatan 10 km/detik (ini diistilahkan dengan jet). Sementara DU yang menyusun bagian tengah dinding kerucut hanya mengalami pencairan sebagian sehingga membentuk gumpalan-gumpalan kecil logam (pasir logam) yang larut dalam cairan DU (dinamakan slug), dan melesat dengan kecepatan 1000 m/detik melalui pipa. Jet dan slug inilah yang dengan mudah mampu menembus dinding lapis baja (setebal apapun) akibat kecepatan dan sifat cairnya. Penembusan ini menyebabkan bagian dalam kendaraan lapis baja itu terpanaskan dengan hebat, dan membuat tanki bahan bakar solar-nya meledak sehingga kendaraan lapis baja ini akan terbakar dan personel yang ada didalamnya terpanggang. Jet dan slug inilah yang merupakan bagian dari efek Munroe, dan belum ada material baja yang mampu menangkalnya (meski material baja tersebut sanggup menahan gelombang tekanan produk ledakan senjata nuklir sekalipun)[rujukan?].
Senjata-senjata yang mengandung DU itu seluruhnya merupakan senjata anti tank dan anti kendaraan lapis baja, seperti rudal TOW (jarak jangkau 2 km), rudal Hellfire (yang dipasang di helikopter serang AH-64 Apache ), rudal LAW (milik Inggris, mirip dengan TOW), rudal Matra (milik Perancis, mirip dengan TOW) atau peluru bazooka model RPG-7 (buatan Uni Soviet, sangat populer di kalangan gerilyawan).

Pelapis kendaraan tempur

Tank M1 Abrams dipajang di museum senjata Amerika serikat. Tank ini dilapisi oleh Chobham yang diantara variannya mengandung DU.
Digunakan oleh militer Amerika Serikat sebagai pelapis tank M1 Abrams, yaitu campuran antara DU dan 0,7% Titanium.

Kegunaan non-militer

  • Sebagai pigmen keramik
  • Kontrabalans berat pesawat[1]

Kontroversi

Penggunaan DU memang menjadi kontroversi berkait dengan bahan Radioaktif Uranium yang digunakannya. DU sendiri telah digunakan secara luas dalam kasus Perang Teluk I (1991) dan medan pertempuran Balkan (terutama pada saat krisis Kosovo 1999). Beberapa personel memang terekspos partikel DU ini, dan di kawasan teluk diduga terdapat 300 kg DU yang telah digunakan. Namun penyelidikan IAEA menunjukkan angka kematian yang sangat kecil (sehingga tidak signifikan secara statistik) pada ekspos DU ini.

Efek terhadap tubuh manusia

Secara kimiawi Uranium merupakan logam penekan kerja Ginjal. Sementara secara fisis, sebagai unsur radioaktif Uranium akan terkonsentrasi dalam Paru-paru, ginjal dan sistem peredaran darah serta beberapa jaringan lunak lainnya untuk sementara waktu. Dalam beberapa negara, konsentrasi Uranium di dalam tubuh dibatasi pada angka 3 mikrogram pergram jaringan tubuh. IAEA sendiri memberikan batas maksimal dosis serapan tahunan 1 mSv bagi penduduk yang berada di daerah peperangan dengan penggunaan senjata DU. Ini dilakukan untuk menghindari efek buruk Uranium pada tubuh manusia, diantaranya gangguan ginjal (secara kimiawi) ataupun kanker (akibat aktivitas radioaktifnya).

Uranium-235

Uranium-235 adalah isotop uranium yang penting disamping uranium-238. Hanya 0,72% uranium alami adalah uranium-235, yang memiliki waktu paruh 7,038 x 108 tahun.
Uranium-235 juga digunakan sebagai sumber utama penghasil neutron dalam reaksi nuklir, yang mana neutron-neutron ditembakkan ke arah uranium-238, dalam hal ini untuk membuat/ memproduksi plutonium.
Uranium-235 dan plutonium-239 digunakan sebagai bahan bakar (fisi nuklir), dalam reaktor nuklir dan bom nuklir.

Produksi Uranium-235 & Uranium-238

Biji-biji uranium diambil/ dikeruk dari pertambangan, yang kemudian dihancurkan/ dihaluskan, dan kemudian diproses secara kimia (bertahap-tahap), hingga akhirnya dihasilkan/ didapatkan uranium murni (dalam bentuk U308 ).
Kemudian diproses lagi (bertahap-tahap), dengan menggunakan bahan-bahan kimia, dari: U308 menjadi UO2(NO3)2 ,kemudian menjadi ADU ,lalu menjadi UO2 ,menjadi UF4 ,dan akhirnya menjadi UF6 ( Uranium hexafluoride ).
UF6 , sudah bisa diproses secara kimia, untuk didapatkan uranium dalam bentuk logam murni, Uranium-238 .
Dalam bentuk UF6 , untuk meningkatkan kandungan Uranium-235 dalam materi tersebut, yang mana kandungannya kurang dari 1% (sisanya 99% lebih adalah uranium-238), maka perlu dilakukan pengayaan uranium ( uranium enrichment ).
Setelah kandungan Uranium-235 nya, mencapai lebih dari 90%, yang mana sudah sesuai untuk senjata nuklir, materi UF6 diproses lagi secara kimia, untuk didapatkan uranium dalam bentuk logam murni, Uranium-235 .
Sisanya, dalam bentuk UF6 ,yang mana kandungan Uranium-238 nya, lebih dari 99% ,diproses lagi secara kimia, untuk didapatkan uranium dalam bentuk logam murni, Uranium-238.
No related posts.

http://blog.uin-malang.ac.id/sholehchemistry/2011/03/20/bahan-pembuatan-nuklir/

Rabu, 15 Mei 2013

TEKNIK PEMERIKSAAN USG

PEMERIKSAAN USG (ULTRA SONOGRAPHY)
Aman, kok. Tapi mengapa sebagian orang masih ragu?
USG atau Ultrasonografi dalam dunia kedokteran memang bukan barang baru. Toh, kehadirannya terkadang masih menimbulkan kekhawatiran pada sebagian orangtua tentang penggunaan dan manfaatnya. Misalnya, kekhawatiran akan radiasi yang ditimbulkan dari alat tersebut. Beberapa orang bahkan menyangsikan manfaat alat ini mengingat ada satu dua kasus kelainan bayi yang dianggap tak terdeteksi oleh pemeriksaan USG. Belum lagi soal biaya. Beberapa klinik/rumah sakit memang sudah memasukkan biaya USG dalam biaya pemeriksaan kehamilan. Namun cukup banyak juga yang menagih pemeriksaan ini sebagai biaya tersendiri. Kalau pasien yang meminta, mungkin enggak jadi soal. Tapi jika dokter melakukan pemeriksaan USG setiap kali pasien kontrol dan ada biaya tambahan untuk itu, tampaknya ini tidak fair bagi pasien.
TAK ADA RADIASI
Pemeriksaan USG merupakan pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada ibu hamil. Sebelum ada alat ini, denyut jantung janin baru dapat didengar pada usia kehamilan 16-18 minggu. Sementara dengan USG, pada usia kehamilan 6-7 minggu sudah dapat dideteksi. USG juga dapat mendeteksi kelainan-kelainan bawaan di usia kehamilan yang lebih awal.
CARA PEMERIKSAAN
Pemeriksaan USG dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
1. Pervaginam
- Memasukkan probe USG transvaginal/seperti melakukan pemeriksaan dalam.
- Dilakukan pada kehamilan di bawah 8 minggu.
- Lebih mudah dan ibu tidak perlu menahan kencing.
- Lebih jelas karena bisa lebih dekat pada rahim.
- Daya tembusnya 8-10 cm dengan resolusi tinggi.
- Tidak menyebabkan keguguran.

2. Perabdominan
- Probe USG di atas perut.
- Biasa dilakukan pada kehamilan lebih dari 12 minggu.
- Karena dari atas perut maka daya tembusnya akan melewati otot perut, lemak baru menembus rahim.

JENIS PEMERIKSAAN USG
1. USG 2 Dimensi
Menampilkan gambar dua bidang (memanjang dan melintang). Kualitas gambar yang baik sebagian besar keadaan janin dapat ditampilkan.
2. USG 3 Dimensi
Dengan alat USG ini maka ada tambahan 1 bidang gambar lagi yang disebut koronal. Gambar yang tampil mirip seperti aslinya. Permukaan suatu benda (dalam hal ini tubuh janin) dapat dilihat dengan jelas. Begitupun keadaan janin dari posisi yang berbeda. Ini dimungkinkan karena gambarnya dapat diputar (bukan janinnya yang diputar).
3. USG 4 Dimensi
Sebetulnya USG 4 Dimensi ini hanya istilah untuk USG 3 dimensi yang dapat bergerak (live 3D). Kalau gambar yang diambil dari USG 3 Dimensi statis, sementara pada USG 4 Dimensi, gambar janinnya dapat “bergerak”. Jadi pasien dapat melihat lebih jelas dan membayangkan keadaan janin di dalam rahim.
4. USG Doppler
Pemeriksaan USG yang mengutamakan pengukuran aliran darah terutama aliran tali pusat. Alat ini digunakan untuk menilai keadaan/kesejahteraan janin. Penilaian kesejahteraan janin ini meliputi:

- Gerak napas janin (minimal 2x/10 menit).
- Tonus (gerak janin).
- Indeks cairan ketuban (normalnya 10-20 cm).
- Doppler arteri umbilikalis.
- Reaktivitas denyut jantung janin.

SAAT TEPAT PEMERIKSAAN
Pemeriksaan dengan USG wajib semasa kehamilan sebetulnya hanya dua kali, yaitu:
* Saat pertama kali pemeriksaan kehamilan (usia kehamilan berapa pun namun biasanya pada usia kehamilan 10-12 minggu). Pemeriksaan ini dilakukan sebagai skrining awal. Gambaran janin yang masih sekitar 8 cm akan terlihat tampil secara utuh pada layar monitor.
* Usia kehamilan 20-24 minggu sebagai skrining lengkap. Setelah usia kehamilan lebih dari 12 minggu gambaran janin pada layar monitor akan terlihat sebagian-sebagian/tidak secara utuh. Karena alat scan USG punya area yang terbatas, sementara ukuran besar janin sudah bertambah atau lebih dari 8 cm. Jadi, untuk melihat kondisi janin dapat per bagian, misalnya detail muka, detail jantung, detail kaki dan sebagainya.
Selain itu, penggunaan alat USG dapat dilakukan atas dasar indikasi yakni:
* Pemeriksaan USG serial untuk mengukur pertumbuhan berat badan janin.
* Bila perlu pada usia kehamilan 38-42 minggu untuk melihat bagaimana posisi bayi apakah melintang, kepala turun, dan lainnya.

MANFAAT
Trimester I
- Memastikan hamil atau tidak.
- Mengetahui keadaan janin, lokasi hamil, jumlah janin dan tanda kehidupannya.
- Mengetahui keadaan rahim dan organ sekitarnya.
- Melakukan penapisan awal dengan mengukur ketebalan selaput lendir, denyut janin, dan sebagainya.
Trimester II:
- Melakukan penapisan secara menyeluruh.
- Menentukan lokasi plasenta.
- Mengukur panjang serviks.
Trimester III:
- Menilai kesejahteraan janin.
- Mengukur biometri janin untuk taksiran berat badan.
- Melihat posisi janin dan tali pusat.
- Menilai keadaan plasenta.

TAK 100% AKURAT
Perlu diketahui, akurasi/ketepatan pemeriksaan USG tidak 100%, melainkan 80%. Artinya, kemungkinan ada kelainan bawaan/kecacatan pada janin yang tidak terdeteksi atau interpretasi kelamin janin yang tidak tepat. Hal ini dipengaruhi beberapa faktor antara lain:
* Keahlian/kompetensi dokter yang memeriksanya.
Tak semua dokter ahli kandungan dapat dengan baik mengoperasikan alat USG. Sebenarnya untuk pengoperasian alat ini diperlukan sertifikat tersendiri.
* Posisi bayi
Posisi bayi seperti tengkurap atau meringkuk juga menyulitkan daya jangkau/daya tembus alat USG. Meski dengan menggunakan USG 3 atau 4 Dimensi sekalipun, tetap ada keterbatasan.
* Kehamilan kembar
Kondisi hamil kembar juga menyulitkan alat USG melihat masing-masing keadaan bayi secara detail.
* Ketajaman/resolusi alat USG-nya kurang baik.
* Usia kehamilan di bawah 20 minggu.
* Air ketuban sedikit.
* Lokasi kelainan, seperti tumor di daerah perut janin saat usia kehamilan di bawah 20 minggu agak sulit dideteksi.

III. KESIMPULAN
Melihat fungsi dan cara kerja USG, dapat dikatakan bahwa kinerja USG identik dengan scanner secara umum yang membedakan hanyalah data yang diterima, USG menerima data berupa gelombang sedangkan scanner menerima data berupa barang
Kamus mendefinisikan USG sebagai energi yang dihasilkan oleh gelombang suara 20,000 atau lebih getaran per detik. USG menggunakan gelombang suara yang jauh di atas frekuensi, yang telinga manusia dapat diartikan. Operasi yang didasarkan pada teknologi dari transduser memancarkan gelombang suara, yang menembus tubuh manusia tanpa risiko.Memasuki tubuh, gelombang ini perjumpaan tulang dan berbagai organ dalam. Gelombang frekuensi tinggi ini kemudian dipantulkan kembali dari organ-organ dan jaringan membentuk tubuh internal gambar pada layar bagian dari sumber. Sifat refleksi memungkinkan dokter untuk mengidentifikasi jenis jaringan.
Penemuan USG telah menjadi tengara dalam sejarah medis. Ini telah terbukti menjadi batu loncatan yang luas terhadap penelitian medis. USG telah membantu penelitian medis dalam memperoleh suatu pemahaman fungsi tubuh manusia. Sejarah dari penemuan kembali ke zaman Perang Dunia II. Studi radar dan sonar itu adalah pendahulu untuk pengembangan perangkat USG.
Nama dua ilmuwan menonjol dalam huruf tebal dalam sejarah USG dan pencitraan medis. Yang pertama adalah bahwa dari Dokter Karl Theodore Dussik dari Austria. Dokter Karl melakukan penelitian tentang investigasi USG transmisi otak. Berdasarkan temuan-temuannya, ia menerbitkan makalah pertama ultrasonik medis pada tahun 1942. Nama kedua adalah, tentu saja, terkenal di dunia. Itu adalah Profesor Ian Donald dari Skotlandia yang mengembangkan teknologi dan aplikasi praktis untuk USG pada 1950-an. USG pertama kali diuji oleh dia pada tahun 1957 dan setahun kemudian, fungsinya telah diuji pada wanita hamil.
Aplikasi yang paling luas dari teknik ini adalah penggunaannya dalam sonografi untuk menghasilkan gambar janin dalam rahim manusia. USG Kebidanan membantu untuk memeriksa kesehatan anak yang belum lahir. Ini membantu dalam mengevaluasi usia kehamilan, janin kelangsungan hidup dan pertumbuhan, lokasi plasenta dan di atas semua memeriksa kelainan fisik yang besar. USG memiliki berbagai keuntungan lain juga. Jaringan lunak pencitraan dari banyak bagian tubuh dilakukan dengan USG. Jantung, ginjal, hati dan kantong empedu scan sangat umum days.Ultrasound ini dapat digunakan untuk mencari tumor dan menganalisis struktur tulang. Teknik Doppler mesin ini membantu untuk memvisualisasikan arteri dan vena dan dengan demikian, memonitor aliran darah dalam setiap organ. Hal ini semakin sering digunakan dalam trauma dan pertolongan pertama kasus juga.
Kemajuan dalam penelitian ilmiah telah menyebabkan kemajuan dalam perangkat USG. Prinsip dasar tetap sama, perangkat medis baru bernama CAVITRON telah dibuat pada tahun 1980. Perangkat ini memiliki potensi untuk menghancurkan tumor dalam tubuh.
Satu hal yang pasti. Penemuan-penemuan semacam itu tidak dapat dianggap sebagai prestasi tunggal ketika mereka bermanfaat bagi kemanusiaan secara keseluruhan.

(Sumber Scum Doktor.com)
USG 4 Dimensi
Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) Mutakhir Resolusi Tinggi

Doppler Berwarna/3D-4D Real Time
SamMarie family Healtcare telah dilengkapi dengan berbagai fasilitas penunjang diagnostik canggih, antara lain alat USG mutakhir berkemampuan tinggi yang meliputi USG 2-Dimensi Doppler Berwarna, 3-Dimensi dan 4-Dimensi Real Time.

Untuk mencapai nilai ketepatan (akurasi) diagnostik yang tinggi, alat USG mutakhir ini dioperasikan oleh para dokter spesialis yang terpilih dalam bidangnya dan dipimpin oleh seorang dokter spesialis Radiologi Konsultan yang telah berpengalaman dalam melakukan berbagai jenis pemeriksaan USG.
Dengan alat USG ini kami dapat memberikan layanan diagnostik paripurna bagi setiap wanita sebelum kehamilan, semasa kehamilan, dan setelah melahirkan.
Sebelum Hamil
Pemeriksaan USG ditujukan untuk menapis (screening) kelainan dini agar dicapai status kesehatan dan tingkat keberhasilan kehamilan yang tinggi, misalnya kelainan bentuk rahim (uterus) baik yang bawaan (kongenital) atau dapatan (akunisitas), kelainan indung telur (ovarium), kelainan selaput rahim (endometrium), kelaianan saluran leher rahim (kanal serviks).
Selama Hamil
• Usia kehamilan 11-15 minggu.
Memberikan informasi secara umum tentang kondisi awal janin, rahim dan organ sekitarnya. Untuk penasahan (deteksi) dan diagnosis dini berbagai kelainan bawaan. Sebagian besar kelainan bawaan pada kepala, leher dan dinding perut dapat ditasah pada usia kehamilan 11-15 minggu.
• Usia kehamilan 18-20 minggu.
Memberikan informasi secara lebih rinci dalam penilaian pertumbuhan dan perkembangan janin dan organ-organ tubuhnya, meliputi otak, katub jantung dan pembuluh darah, organ dalam perut (internal abdomaen) termasuk hati, ginjal, dan usus, serta tulang punggung (vertebrata).
• Usia kehamilan 30-34 minggu.

Memberikan informasi tentang jenis kelamin dan letak janin, letak plasenta, talipusat, tampilan dan jumlah air ketuban, serta profil biofisik janin.
USG 4 DIMENSI SOLO
USG 4 DIMENSI, ALAT YANG DIGUNAKAN

Alat yang digunakan di klinik usg 4 dimensi solo, adalah alat usg yang tergolong high end (canggih). Alat tersebut bermerk GE, Type Voluson 730, yang memang didedikasikan
untuk pemeriksaan USG 4 dimensi.

SUMBER : http://www.babehedi.com/search/label/TEKNIK%20PEMERIKSAAN%20USG

pemeriksaan CT-SCAN

PEMERIKSAAN CT SCAN

 Prosedur pemeriksaan CT SCan Trans Thoracal Biopsi (Radiologi Info)
A. TINJAUAN ANATOMI
1. Tulang pada thorax
Fungsi dari tulang pada thorax adalah untuk melindungi organ-organ yang ada pada thorax dan untuk membantu respirasi. Terdiri dari :
§ Vertebrae thoracal, ke duabelas vertebrae thoracal merupakan batas posterior dari rongga thorax.
§ Sternum, merupakan batas anterior yang terletak ditengah. Sternum mempunyai 3 komponen yaitu : manubrium, corpus dan procesus xypoideus.
§ Costae, merupakan batas lateral dari rongga thorax terdiri dari 12 pasang yang bersendi dengan spina thoracica pada bagian posterior.
§ Costal cartilages, sendi antara costae dengan sternum pada bagian anterior dari rongga thorax




Anterior view of thorachic cage
2. Thoracic apertures
Ada 2 apertura yang berhubungan dengan tulang-tulang thorax, yaitu

§ Superior aperture yang dibentuk oleh vertebrae thoracal yang pertama, pasangan costae 1 dan costal cartilagonya serta manubrium. Aperture ini disebut juga thoracic inlet.
§ Inferior aperture yang lebih besar dan dibentuk oleh vertebrae thoracalis 12, pasangan costae ke duabelas dengan costal marginnya serta xypoid sternal junction. Apertura ini disebut juga dengan thoracic outlet.
3. Paru
Paru merupakan organ respirasi. Besar, strukturnya berbentuk conus.
§ Apex, merupakan puncak paru yang terletak pada level costae yang pertama.
§ Diaphragma, batas basis paru yang berbentuk concave yang besar.
§ Angles, dua prominen angle dapat diidentifikasi terletak pada batas lateral dan medial dari basis paru. Medial angle disebut juga cardiophrenic sulcus dan lateral angle disebut juga dengan costophrenic sulcus.
§ Hilum, merupakan bukaan pada permukaan medial paru yang berfungsi untuk lewatnya mainstem bronchi, pembuluh darah, pembuluh limfe dan nervus yang masuk ke paru
§ Lobus, Paru bagian kanan mempunyai 3 lobus yaitu superior, middle dan inferior. Sedangkan paru kiri hanya mempunyai 2 lobus saja yaitu lobus superior dan lobus inferior.



Anterior view of bronchial tree
4. Pleural cavities
Masing-masing paru dibungkus oleh pleura yang merupakan serous membrane. Kedua membrane tersebut mengeluarkan sejumlah kecil cairan pleura yang memungkinkan lubrikasi antar permukaan selama pernafasan. Pleura dapat dibagi menjadi 2 yaitu ;
§ Parietal pleura, berhubungan dengan dinding thorax dan diafraghma.
§ Visceral pleura, lapisan yang lebih dalam yang melindungi permukaan terluar dari paru.



Axial cross section of pleural cavity
5. Mediastinum
Mediastinum adalah regio yang terletak di midline antara kedua buah paru. Regio ini mempunyai komposisi :
§ Glandula tymus, berbentuk segitiga, bilobus terletak di bagian superior mediastinum dibelakang manubrium.
§ Jantung dan pembuluh darah besar, merupakan muscular organ yang berada di mediastinum. Disekitar jantung dilindungi oleh membran serosa yang disebut pericardium yang melumasi jantung pada saat berdenyut.
Pembuluh darah besar yang berasal dari jantung melalui pembuluh darah besar adalah aorta, pulmonary trunk, superior vena cava dan inferior vena cava.
§ Trachea dan oesophagus, keduanya terletak di mediastinum akan tetapi trachea terletak dibagian anterior esophagus.
§ Thoracic duct merupakan pembuluh utama dari sistem lymfe dan mengaliri hampir sebagian besar dari pembuluh limfe dalam tubuh
§ Lymph nodes, biasanya terletak disekitar pembuluh darah besar, oesophagus, bronchi dan carina.
6. Muskulus pada thorax
Beberapa muskulus berhubungan dengan thorax. Beberapa muskulus tervisualisasi pada thorax dan mempunyai hubungan fungsional dengan shoulder, spine dan neck. Beberapa muskulus yang terdapat pada thorax :
§ Muskulus pektoralis mayor dan minor, berlokasi pada permukaan anterior dari dada.
§ Muskulus serratus posterior dan anterior
§ Muskulus rhomboideus mayor dan minor
§ Scalene muscle group.
B. TINJAUAN PATOLOGI
1. Radang Paru
§ Radang bronkus
Radang bronkus akut ( bronkitis akut ) , berhubungan dengan infeksi saluran pernafasan atas ( ISPA ). Penyakit ini biasanya tidak hebat dan tidak ditemukan komplikasi.
Radang bronkus kronik ( bronkitis kronik ), penyakit ini disebabkan oleh bermacam-macam etiologi, misalnya asma, infeksi dan lain sebagainya bergantung pada berat atau ringannya gangguan pada bronkus.
§ Radang paru
Peradangan paru dapat disebabkan oleh bakteri, virus, protozoa, jamur, bahan kimia, lesi kanker dan radiasi ion. Kelainan ini dapat meliputi seluruh lobus atau hanya melibatkan satu atau beberapa segmen saja. Umumnya pneumonia lobaris disebabkan oleh infeksi pneumokokus.
§ Abses paru
Abses paru adalah peradangan di jaringan paru yang menimbulkan nekrosis dengan pengumpulan nanah. Lokasi abses paru umumnya 75 % berada dilobus bawah paru kanan bawah.
2. Emfisema
Emfisema adalah suatu keadaan dimana paru lebih banyak berisi udara sehingga ukuran paru bertambah, baik anterior-posterior maupun ukuran paru secara vertikal kearah diafraghma.
§ Emfisema lobaris
Biasanya terjadi pada bayi yang baru lahir dengan kelainan tulang rawan bronkus, mukosa bronkial yang tebal, sumbatan mukus, penekanan bronkus dari luar oleh anomali pembuluh darah.
§ Hiperlusen idiopatik unilateral
Ialah emfisema yang unilateral dengan hipoplasi arteri pulmonalis dan gambaran bronkiektasis.
§ Emfisema hipertrofik kronik
Terjadi sebagai akibat komplikasi penyakit paru seperti asma bronkial yang parah, bronkiektasis, peradangan paru yang berat, pneumokoniosis ganas, tuberkulosis.
§ Emfisema bulla
Merupakan emfisema vesikuler setempat dengan ukuran antara 1 – 2 cm atau lebih besar yang kadang-kadang sukar dibedakan dengan pneumothoraks. Penyebabnya sering tidak diketahui, tapi dianggap sebagai suatu penyakit paru yang menyebabkan sumbatan seperti bronkiolitis atau peradangan akut lainnya dan peradangan / iritasi gas terhisap.
§ Emfisema kompensasi
Keadaan ini merupakan usaha tubuh secara fisiologik menggantikan jaringan paru yang tidak berfungsi ( atelektasis ) atau mengisi thorax bagian paru yang terangkat pada pneumoektomi.
§ Emfisema senilis
Merupakan akibat proses degeneratif orang tua pada columna vertebralis yang mengalami kyposis dimana ukuran anterior – posterior thorax bertambah sedangkan tinggi thorax secara vertikal tidak berubah. Keadaan ini akan menimbulkan atropi septa alveolar dan jaringan paru berkurang dan akan diisi oleh udara.
3. Atelektasis
Adalah suatu keadaan paru atau sebagian paru yang mengalami hambatan berkembang secara sempurna / collaps sehingga aerasi paru berkurang atau sama sekali tidak berisi udara. Karena kondisi paru yang tidak normal, maka daerah ini akan lebih radiodense dan bisa menyebabkan trachea dan jantung bergeser kearah daerah yang mengalami kelainan.
Penyebabnya : bronkus tersumbat dan tekanan extrapulmoner.
4. Bronkiektasis
Pelebaran bronchi atau bronkiolus yang disebabkan oleh infeksi atau obstruksi yang berulang. Daerah dinding bronchial rusak dan mengakibatkan peradangan kronik yang menyebabkan peningkatan produksi mucus, akibatnya timbul batuk kronis
5. Chronic obstructive pulmonary disease ( COPD )
Merupakan bentuk obstruksi persisten dari airway yang disebabkan oleh emphysema atau bronchitis kronis ( merokok adalah penyebab yang paling dominan terjadinya COPD ).
6. Patologis pada pleura
§ Efusi pleura
Atau sering juga disebut hydrothorax adalah kondisi abnormal karena akumulasi cairan pada pleural cavity.
Tipe dari efusi pleura ini adalah :
Empyema, terjadi bila cairan yang ada berupa pus. Kemungkinan timbul pada saat pneumonia atau abses paru menyebar ke rongga pleura.
Chylothorax, terjadi bila cairan berbentuk seperti susu, hal ini disebabkan oleh adanya perlukaan atau tersumbatnya main lymphatic duct pada thorax.
Hemothorax, terjadi bila cairan berupa darah. Penyebab yang umum adalah karena karena gagal jantung, trauma, pulmonary infark, pancreatitis atau abses subphrenic.
§ Pneumothorax, akumulasi udara pada rongga pleura, yang menyebabkan partial/complete collaps paru dan menghasilkan nafas menjadi pendek dari taraf yang paling ringan sampai yang peling berat serta chest pain. Biasanya disebabkan oleh trauma atau kondisi patologi yang menyebabkan ruptur secara spontan pada daerah paru yang paling lemah.
§ Penebalan pleura
§ Tumor pleura
7. Patologis pada mediastinum
§ Mediastinitis akut
§ Mediastinitis kronik
§ Tumor mediastinum
8. Tuberkulosis
Penyakit menular ( berpotensi fatal ) yang disebabkan oleh bakteri.
Tuberkulosis primer, terjadi pada orang yang sebelumnya belum pernah terkena tuberkulosis. Pembesaran hilum sepanjang mediastinal lymph nodes yang membesar adalah tanda-tanda yang penting pada tuberkulosis primer.
Tuberkulosis sekunder, biasanya terjadi pada orang dewasa dan bisa dilihat adanya kalsifikasi yang ireguler pada lobus atas paru.
9. Tumor jinak paru
§ Hamartoma
Massa jinak pada pulmo yang sering ditemui secara umum terdapat pada daerah peripheral paru.
§ Kista paru
10. Tumor ganas paru
§ Tumor ganas epitelial
§ Sarkoma
§ Carcinosarcoma
§ RES dalam paru
§ Metastasis pada paru
C. PROSEDUR PEMERIKSAAN
Prosedur pemeriksaan CT Scan thorax yang ingin penulis angkat sebagai laporan adalah CT Scan thorax dengan biopsi pada kasus massa di rongga thorax. Ilustrasi kasusnya adalah sebagai berikut :
Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 21 Juli 2006
Nama Pasien : Bp. Pn
Umur : 60 th
Alamat : Gedangan RT 01 / 01 Gunung Kidul
Diagnosa : Tumor paru dextra
Riwayat penyakit :
3 bulan yang lalu pasien sakit gigi dan berobat ke dokter gigi di puskesmas. Oleh dokter gigi diberi obat sakit gigi untuk diminum. Setelah minum obat tidak berapa lama pasien merasa sesak nafas dan rongga dada bengkak. Kemudian pasien dibawa ke RS Bethesda untuk penanganan lebih lanjut dan dilakukan CT Scan thorax. Dari hasil CT Scan tersebut diketahui ada tumor paru dextra. Tindakan selanjutnya dilakukan CT Scan thorax untuk biopsi.
1. Persiapan ruangan
Siapkan alat – alat yang diperlukan diruangan dan usahakan dapat mudah dijangkau.
2. Persiapan pasien
Karena proses biopsi ini membutuhkan anestesi lokal maka persiapan yang dilakukan oleh pasien tidak ada hanya berpuasa paling tidak 6 jam sebelum pemeriksaan.
3. Persiapan alat dan bahan
Persiapan untuk CT biopsi ini adalah :
§ Microscop slide / object glass dengan cairan ewith.
§ Spuit 3 cc, 5 cc dan 20 cc.
§ Abocath no. 16 sebanyak 2 buah.
§ Alkohol 96 %.
§ Betadine.
§ Botol steril yang diisi dengan larutan formalin sebanyak 2 buah .
§ Jarum no. 23.
§ Set biopsi steril yang berisi kasa, bengkok, lidi kapas, hand schone, duk lubang.
4. Prosedur pemeriksaan :
a. Lakukan screening pada pasien termasuk didalamnya cek nama pasien, umur pasien, alamat untuk konfirmasi.
b. Instruksikan pada pasien untuk mengganti pakaiannya dengan baju pemeriksaan yang telah disiapkan di ruang pemeriksaan.
c. Lepaskan semua bahan yang dapat mengganggu pemeriksaan terutama barang-barang yang terbuat dari logam.
d. Posisikan pasien di atas meja pemeriksaan dengan posisi supine.
e. Angkat kedua tangan dan letakkan diatas kepala.
f. Atur posisi pasien sehingga sentrasi tepat pada mid axillary line maupun mid sagital line.
g. Buat program plain thorax ( scannogram ) pada monitor console table.
h. Batas atas pada apex pulmo dan batas bawah pada diafraghma.
i. Dari scannogram kemudian lakukan pengaturan slice thickness.
j. Slice hanya diambil pada daerah patologis saja sebanyak kurang lebih 3 slice.
k. Lakukan pengukuran letak massa dengan menarik garis lurus dari sternum kearah lateral kanan, ukur letaknya. Setelah itu tarik garis kearah infrerior untuk menentukan kedalamannya.
l. Dengan dilakukannya pengukuran itu diharapkan pada saat menusukkan jarum biopsi tepat pada massa.
m. Setelah jarum biopsi masuk, lakukan lagi 1 kali scanning pada slice dimana ada jarumnya dengan tujuan untuk mengetahui apakah letak jarum sudah tepat mengenai lesi patologis yang diinginkan.
n. Setelah dilakukan biopsi maka lakukan scanning sekali lagi terutama pada daerah inferior thorax untuk mengetahui ada tidaknya pneumothorax.
D. ANALISA HASIL DAN KOMENTAR
Pemeriksaan thorax dengan biopsy sebenarnya bukanlah bertujuan untuk membantu menegakkan diagnosa suatu penyakit. Prosedur pemeriksaan ini merupakan follow up dari pemeriksaan thorax yang telah dilakukan sebelumnya. Tujuan dari prosedur ini sendiri sebenarnya adalah untuk memberi panduan lokasi yang tepat untuk dilakukan biopsy. Biasanya pemeriksaan CT Scan thorax dengan biopsy ini dilakukan dengan mengambil slice tertentu saja tepatnya pada daerah yang dicurigai terdapat lesi. Pada kasus ini setelah dilakukan scannogram lalu hanya diambil 3 irisan / slice saja pada daerah lesi. Parameter yang digunakan adalah :
§ Posisi pasien : supine
§ Orientasi : head first
§ Viewing : view from foot
§ Slice thickness : 10 mm
§ Gantry tilting : no gantry tilting
§ Program : chest
§ Filter : 5
§ kV : 120
§ mA : 110
§ s : 4,5
§ Window width : 800
§ Window level : - 109
§ Lateral distance : 27,36 mm ( from midline )
§ Depth : 64,54 mm ( from surface )
clip_image008


Scannogram



Slice 1



Slice 2
Slice 3
clip_image014
clip_image016


Slice 1 post insersi
clip_image018


Slice 2 post insersi   

sumber: http://www.babehedi.com/search/label/PEMERIKSAAN%20CT%20SCAN

kedokteran Nuklir

KEDOKTERAN NUKLIR

Zat radioaktif atau radionuklida sudah banyak digunakan dalam bidang kesehatan untuk tujuan :
 Diagnostik
 Terapi
Dalam hal ini kedokteran nuklir merupakan salah satu kegiatan yang memanfaatkan zat radioaktif dalam bentuk sumber terbuka. Penggunaan sumber terbuka ini akan menghasilkan limbah radioaktif dan non radioaktif.
1.) Karakteristik Sumber Terbuka
Ilmu kedokteran Nuklir adalah bidang keahlian dalam kedokteran yang menggunakan isotop radioaktif baik secara pencitraan maupun pengobatan penyakit. Cabang ilmu kedokteran yang menggunakan sumber radiasi terbuka untuk mempelajari fisiologi dan anatomi, serta melakukan diagnosis dan terapi terhadap penyakit.
Zat radioaktif adalah sumber terbuka yang digunakan sebagai radiofarma, aktifitas rendah(beberapa μCi hingga ratusan mCi) dan berumur paro pendek (T1/2 ), sebagai contoh:
 99mTc dengan T1/2 adalah 6 jam dan pemancar radiasi gamma dan energi 0,14 MeV
 125I dengan T1/2 adalah 60,1 hari dan pemancar radiasi gamma dan energi 0,035 MeV
 131I dengan T1/2 adalah 8,0 hari dan pemancar radiasi beta dengan energi 0,61 MeV (mak) maupun pemancar radiasi gamma dan energi 0,08-0,7 MeV
 32P dengan T1/2 adalah 14,3 hari pemancar radiasi beta dan energi 1,7 MeV ( maksimum)
a.) Pencitraan oleh Gamma Camera
Peralatan yang lazim digunakan dalam pencitraan kedokteran Nuklir yang sering digunakan adalah Gamma Camera. Gamma camera adalah detector yang dikembangkan oleh Hal anger (1958) untuk pencitraan dan studi fungsional. Gamma camera dapat digunakan untuk melihat bagaimana distribusi radiofarmaka melalui tubuh, atau diserab oleh organ tertentu. Dan pemprosesan hasil pencitraan serta perolehan data yang dikontrol pada beberapa kasus oleh Gamma Camera disambungkan pada komputer untuk menghasilkan suatu citra.
Gambar II.19. Ruang kedokteran nuklir menggunakan Gamma Camera
b.) Diagnostik
Penggunaan zat radioaktif pada diagnostic dibagi 2 jenis, yaitu :
• Aplikasi in vitro ; dan
• Aplikasi in vivo
In vitro adalah penggunakaan zat radioaktif yang dilakukan diluar tubuh manusia, aplikasi in vitro ini menggunakan zat radioaktif dengan aktifitas ribuan Bequerel (kBq) dalam bentuk cair yang fungsinya untuk mengukur hormon, dalam bentuk sempel biometik. Zat radioaktif yang digunakan pada umumnya adalah 125I, 57Co, 58Co dan 14C. Sedangkan in vivo adalah penggunaan zat radioaktif yang dimasukkan kedalam fungsi dinamis tubuh manusia, dan pada masa sekarang ini aplikasi diagnostic yang paling banyak digunakan adalah teknik in vivo yaitu untuk pemeriksaan fungsi tubuh dengan menggunakan gamma yang menghasilkan suatu citra. Radiofarmaka in vivo dipersiapkan dengan cara melarutkan 99Tc yang dielusi dari generator 99mTc ke dalam suatu senyawa tertentu. Rentang aktivitas sumber yang digunakan untuk radiofarmaka 99mTc adalah 40 – 800 MBq, sedangkan untuk pesien anak – anak diberikan dengan dosis yang lebih rendah.
Pada pemeriksaan in-vivo, setelah radioisotop dimasukkan kedalam tubuh pasien (diminumkan, disuntikan, dihisap melalui saluran pernafasan (inhalasi), dsb) maka radiofarmaka selanjutnya dalam tubuh pasien dapat diperiksa dengan :
o Membuat gambar (citra) organ atau bagian tubuh pasien yang mengakumulasikan radioisotope, dengan mrnggunakan kamera gamma atau kamera positron.
o Menghitung aktivitas yang terdapat pada organ atau bagian tubuh pasien yang mengakumulasikan radioisotope dengan menempatkan detector radiasi gamma diatas organ atau bagian tubuh tersebut (external body counting )
o Menghitung aktivitas radioisotope yang terdapat dalam contoh bahan biologic yang diambil dari tubuh pasien dengan menggunakan pencacah gamma (sample counting )
Radionuklida lain yang juga digunakan untuk pencitraan diagnostic meliputi : 67Ga, 111In, 201TI, 123I dan 131I dengan rentang aktivitas 40 – 400 MBq. Beberapa radionuklida juga digunakan untuk menandai unsure-unsur darah sebagai perunut. Diagnostik jenis khusus ini mencakup pengambilan sample darah pasien, radiolabelling darah dan injeksi kembali. Radionuklida yang digunakan meliputi : 99mTc,111In, 51Cr, 59Fe dan 125I. Aktivitas radionuklida yang dapat diinjeksikan kembali dalam jumlah beberapa MBq hingga maksimum pada 200 MBq, dengan aktivitas lebih besar untuk 99mTc. Radionuklida dalam bentuk gas dan aerosol juga ada yang digunakan untuk tujuan diagnosa selama pencitraan paru-paru dengan menggunakan 81mKr (hingga 6 GBq diberikan per pasien), 133Xe (hingga 400 MBq) dan 99mTc - diethyl tetra penta acietic acid (DTPA) dalam bentuk aerosol yang dihirup (aktivitas hingga 80 MBq).
Sumber terbuka yang digunakan dalam kedokteran nuklir sebagian terbesar berbentuk cairan yang diberikan melalui suntikan. Namun disamping itu pula dapat digunakan sumber terbuka dalam bentuk padat misalnya kapsul gelatin yang berisi Na131I atau dalam bentuk gas seperti misalnya 13Oksigen. Dewasa ini untuk keperluan kedokteran nuklir diagnostic pada umumnya digunakan radiofarmaka yang berbasis 99mTechnetium.
Dalam setiap prosedur diagnosis kedokteran Nuklir harus dijamin bahwa :
o Para praktisi medik yang meminta atau melaksanakan diagnosis kedokteran Nuklir.
o Mengusahakan paparan sekecil mungkin pada pasien.
o Memperhatikan informasi dari pemeriksaan sebelumnya untuk menghindari adanya pemeriksaan ulang yang tidak perlu
o Memperhatikan pedoman tingkat paparan medik
o Para praktisi medik, teknisi atau staf pencitraan, mengusakan paparan terkecil pada pasien dengan kualitas citra yang masih dapat diterima, dengan melalui :
- pemilihan radiofarmaka dan aktivitas terbaik, dengan memperhatikan adanya persyaratan khusus untuk anak-anak dan pasien yang memiliki kelainan fungsi organ.
- penggunaan metoda untuk mencegah masuknya radioisotope ke organ yang tidak diperiksa dan mempercepat ekskresi radioisotope.
- Pemberian radionuklida untuk diagnosis dan terapi pada wanita hamil atau yang diduga akan hamil harus dihindari, kecuali terdapat indikasi klinik yang sangat kuat.
- Untuk ibu yang menyusui, pemberian ASI pada bayi perlu dihentikan sampai dengan jumlah radionuklida yang keluar lewat ASI diperkirakan tidak akan memberikan dosis efektif lebih besar dari batas yang diijinkan untuk bayi, dan
- Pemberian radionuklida pada anak untuk diagnasis dilakukan hanya jika terdapat indikasi klinik sangat kuat, dan aktivitasnya harus berdasarkan berat badan, luas permukaan tubuh atau kreteria lainnya.
c.) Terapi
Aplikasi zat radioaktif untuk terapi dalam Kedokteran Nuklir menggunakan sejumlah sumber terbuka yang dalam aktivitasnya jauh lebih besar dibandingkan aktivitas sumber terbuka yang digunakan untuk diagnostic. Beberapa penyakit yang lazim diobati dengan terapi kedokteran Nuklir adalah thyroid (kelenjar gondok ), prostate cancer (kanker prostat), hyperthyroidism, cancer bone pain, polycythaemia (kelainan sel darah merah dan kenaikan jumlah darah ) dan leukimia (kenaikan jumlah sel darah putih ).
Zat radioaktif 131I adalah sumber yang secara luas digunakan untuk terapi kanker Thyrotoxicosis dan untuk Ablasi Tiroid atau Metastase. 131I yang digunakan untuk maksud terapi tersebut dapat diberikan dalam 3 (tiga) bentu fisik, yaitu : cairan Sodium Iodida yang diminumkan beberapa kali, bubuk yang dimasukkan kedalam kapsul gelatin untuk diminumkan atau larutan Sodium Iodida steril yang diinjeksikan. Pada umumnya injeksi hanya diberikan apabila ada masalah dengan cara diminumkan.
Pada umunya radionuklida atau zat radiaktif sumber terbuka lain untuk terapi biasanya dilakukan dengan cara injeksi melalui pembuluh darah (intravena), larutan yang tidak cair misalnya 89Sr atau 32P. Strontium-89 khususnya digunakan untuk terapi pasien penderita matastase tulang, aktivitas sumber biasanya beberapa ratus MBq, sedangkan Yttrium-90, khususnya dalam bentuk larutan koloid silikat, diinjeksikan ke dalam persendian tulang pasien, misalnya lutut, dengan aktivitas sumber kira-kira 200 MBq per injeksi.
2.) Keselamatan kerja dengan sumber terbuka
a.) Pemindahan sumber
Untuk pemindahan sumber beraktivitas rendah dari tempat penyimpanannya ke laboratorium, operator menggunakan penjepit sederhana atau seutas tali untuk menggantungkan sumber yang terdapat dalam wadah yang tak mudah pecah. Bila sumber aktivitasnya tinggi khususnya pemancar radiasi gamma maka perlu digunakan wadah yang berpenahan radiasi.
b.) Cara Bekerja dengan Sumber Terbuka
Ketentuan – ketentuan yang harus ditaati untuk pekerjaan yang menyangkut pembukaan kontener dan pengambilannya berikut ini :
a) pekerjaan harus dilakukan didalam laboratorium yang khusus
b) alat – alat gelas dan instrument yang digunakan harus diberi tanda khusus.
c) harus dilakukan dengan hati – hati, tepat dan rapi.
d) persiapan minimum tertentu yang meliputi tempat kerja, peralatan dan instrument. Limbah yang terkontaminasi harus diletakkan ditempat yang mudah dicapai dan diberi tanda bahaya radiasi serta dibuat secara khusus.
e) pekerjaan penanganan yang tidak rutin harus direncanakan lebih dulu dan diadakan silmulasi dengan cairan yang tidak aktif.
f) petugas harus menggunakan jas laboratorium dan sarung tangan.
g) pemipetan tidak boleh dilakukan dengan mulut sebab ada kemungkinan zat radioaktif dapat masuk ke mulut.
h) semua wadah yang memuat zat radioaktif cair sedapat mungkin harus dalam keadaan tertutup selama pekerjaan berlangsung.
i) sumber radioaktif harus segera dikembalikan ketempat penyimpanan bila sudah tidak diperlukan.
j) setelah pekerjaan penangan zat radioaktif selesai maka permukaan tempat kerja harus dibersihkan dan dilakukan pemantauan seluruh permukaan, perlengkapan, alat-alat serta pakaian kerja dan tangan si pekerja radiasi untuk melihat kemungkinan adanya kontaminasi.
k) Ampul dan wadah yang beri zat radioaktif pemancar beta dan gamma tidak boleh dipegang dan di buka langsung dengan tangan. Harus digunakan tang untuk memindahkan dan alat penanganan jarak jauh untuk membukanya.
l) untuk melindungi tubuh dari radiasi gamma maka zat radioaktif pemancar radiasi gamma sebaiknya ditangani dari balik selembar kaca timbal, atau tembok dari bata timbal (dengan menggunakan cermin untuk menentukan posisi yang tepat).
m) bila pekerjaan dapat menimbulkan uap, gas, dan aerosol maka pekerjaan harus dilakukan dalam lemari asap yang berventilasi.
c.) Teknik penangan Sumber radiasi
Pada penanganan zat radioaktif sumber terbuka yang sebagian terbesar berbentuk cairan perlu dihindarkan terperciknya cairan ke permukaan tempat kerja, pembentukan aerosol, dan terkontaminasinya bagian luar.Bila yang ditangani adalah sumber beraktivitas tinggi maka semua sentuhan langsung harus dihindarkan sekalipun menggunakan sarung tangan; dalam hal ini pekerjaan pemindahan instrument yang komplek :
• Alat dan jarum suntik untuk menyedot isi vial yang tertutup karet yang kedap udara.
• Pipet dengan bola karet
• Pemindahan cairan dengan tekanan positif atau negative memungkinkan pengendalian jarak jauh 
SUMBER:  http://www.babehedi.com/search/label/KEDOKTERAN%20NUKLIR